Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(At Tin : 5)
(At Tin : 5)
Firman Allah SWT di atas bisa
menjadi bahan renungan buat kita. Sungguh kenyataannya terpampang di
hadapan mata. Alangkah sempurna penciptaannya dan alangkah indahnya
manusia sebagai sebaik-baiknya pencipta.
Dengan mempelajari proses
penciptaan, manusia diharapkan menghilangkan kesombongan di hati dengan
kesempurnaan jasmani yang dimiliki dan agar kita bertasbih memuji Allah
‘Azza wa Jalla dengan kemahasempurnaan kekuasaan-Nya.
Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya sebelum menciptakan
Adam ‘Alaihis Salam:
Adam ‘Alaihis Salam:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Shad : 71)
Begitu pula dalam ayat lain Allah
mengingatkan orang-orang musyrikin yang ingkar dan sombong tentang dari
apa mereka diciptakan. Dia Yang Maha Tinggi berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Ash Shaffat : 11)
Dua ayat di atas dan
ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang serupa dengannya menunjukkan
bahwasannya asal kejadian manusia dari tanah. Barangsiapa yang
mengingkari hal ini, sungguh ia telah kufur terhadap pengkabaran dari
Allah SWT sendiri.
Berkaitan dengan hal di atas,
maka Allah SWT telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan itu dan
begitu pula Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah memberikan
kabar kepada kita akan hal tersebut dalam hadits- haditsnya.
Allah SWT berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain).
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun :
12-14)
“Wahai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .”
(Al Hajj : 5)
Ayat-ayat di atas menerangkan
tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain,
yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia
Jalla wa ‘Alaa saja yang berhak untuk diibadahi.
Begitu pula penggambaran
penciptaan Adam ‘Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati
yang berasal dari tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi
bentuk.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al Hijr : 26)
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al Hijr : 26)
Tanah tersebut diambil dari seluruh bagiannya, sebagaimana dikabarkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
“Sesungguhnya Allah menciptakan
Adam dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari
seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi
dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang
berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Di antara
mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada pula yang keras, ada yang
berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik (Mukmin).” (HR. Imam Ahmad,
Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : ‘Hasan shahih’.
Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan
Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)
Semoga Allah merahmati orang yang berkata dalam bait syi’irnya :Diciptakan manusia dari saripati yang berbau busuk. Dan ke saripati itulah semua manusia akan kembali.
Setelah Allah SWT menciptakan
Adam ‘Alaihis Salam dari tanah. Dia ciptakan pula Hawa ‘Alaihas Salam
dari Adam, sebagaimana firman-Nya:
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya… .” (Az-Zumar: 6)
Dalam ayat lain:
“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf: 189)
Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas
Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan
dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki serta tulang dada
perempuan hingga hari kiamat nanti. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 3
halaman 457)
Allah SWT berfirman:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (mani).” (As Sajdah : 7-8)
Imam Thabari rahimahullah dan
selainnya mengatakan bahwa diciptakan anak Adam dari mani Adam dan Adam
sendiri diciptakan dari tanah. (Lihat Tafsir Ath Thabari juz 9 halaman
202)
Allah SWT menempatkan nuthfah
(yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu
ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia
Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh
untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman- Nya:
“Bukankah Kami menciptakan kalian
dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh
(rahim) sampai waktu yang ditentukan” (Al Mursalat:20-22)
Dari nuthfah, Allah jadikan
‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari
‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum
memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak
manusia tersebut, Allah SWT kemudian membentuknya memiliki kepala, dua
tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia
menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar
menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk
tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba.
(Bisa dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir,
antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain)
Demikianlah kemahakuasaan Rabb
Pencipta segala sesuatu, sungguh dapat mengundang kekaguman dan
ketakjuban manusia yang mau menggunakan akal sehatnya. Semoga Allah
meridhai ‘Umar Ibnul Khaththab, ketika turun awal ayat di atas (tentang
penciptaan manusia) terucap dari lisannya pujian:
“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin”
Maha Suci Allah, Pencipa Yang Paling Baik
Lalu Allah turunkan firman-Nya:“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” untuk melengkapi ayat di atas. (Lihat Asbabun Nuzul oleh Imam Suyuthi, Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 241, dan Aysarut Tafasir Abu Bakar Jabir Al Jazairi juz 3 halaman 507-508)
Maha Kuasa Allah Tabaraka wa
Ta’ala, Dia memindahkan calon manusia dari nuthfah menjadi ‘alaqah. Dari
‘alaqah menjadi mudhghah dan seterusnya tanpa membelah perut sang ibu
bahkan calon manusia tersebut tersembunyi dalam tiga kegelapan,
sebagaimana firman-Nya:
“ … Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan … .” (Az-Zumar: 6)
Yang dimaksud “tiga kegelapan”
dalam ayat di atas adalah kegelapan dalam selaput yang menutup bayi
dalam rahim, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam perut. Demikian
yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Abu Malik, Adh
Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir
juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz 5 halaman 778)
Sekarang kita lihat keterangan tentang kejadian manusia dari hadits-hadits Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Abi ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:
Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan beliau adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau bersabda:
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Abi ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:
Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan beliau adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau bersabda:
Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa
nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari).
Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula.
Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh
kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, ajalnya,
amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang tiada illah selain Dia,
sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan
ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan hanya
tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia
beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh
salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli
neraka sehingga tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal
sehasta. Maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal
dengan amalan ahli Surga sehingga ia memasukinya.” (HR. Bukhari 6/303
-Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)
Berita Nubuwwah di atas
mengabarkan bahwa proses perubahan janin anak manusia berlangsung selama
120 hari dalam tiga bentuk yang tiap-tiap bentuk berlangsung selama 40
hari. Yakni 40 hari pertama sebagai nuthfah, 40 hari kedua dalam bentuk
segumpal darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk segumpal daging. Setelah
berlalu 120 hari, Allah perintahkan seorang Malaikat untuk meniupkan
ruh dan menuliskan untuknya 4 perkara di atas.
Dalam riwayat lain, Malaikat
masuk menuju nuthfah setelah nuthfah itu menetap dalam rahim selama 40
atau 45 malam, maka Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Apakah
(nasibnya) sengsara atau bahagia?” Lalu ia menulisnya. Kemudian berkata
lagi : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?” Lalu ia menulisnya dan
ditulis (pula) amalnya, atsarnya1, ajalnya, dan rezkinya, kemudian
digulung lembaran catatan tidak ditambah padanya dan tidak dikurangi.
(HR. Muslim dan Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, shahih)
Dalam Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:Allah mewakilkan seorang Malaikat untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Nuthfah, Wahai Rabbku! Segumpal darah, wahai Rabbku! Segumpal daging.” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya. (HR. Bukhari `11/477 -Fathul Bari dan Muslim
2646 riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu)
Dari beberapa riwayat di atas,
ulama menggabungkannya sehingga dipahami bahwasanya Malaikat yang
ditugasi menjaga rahim terus memperhatikan keadaan nuthfah dan ia
berkata : “Wahai Rabbku! Ini ‘alaqah, ini mudhghah” pada waktu- waktu
tertentu saat terjadinya perubahan dengan perintah Allah dan Dia SWT
Maha Tahu. Adapun Malaikat yang ditugasi, ia baru mengetahui setelah
terjadinya perubahan tersebut karena tidaklah semua nuthfah akan menjadi
anak. Perubahan nuthfah itu terjadi pada waktu 40 hari yang pertama dan
saat itulah ditulis rezki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya.
Kemudian pada waktu yang lain, Malaikat tersebut menjalankan tugas yang
lain yakni membentuk calon manusia tersebut dan membentuk pendengaran,
penglihatan, kulit, daging, dan tulang, apakah calon manusia itu
laki-laki ataukah perempuan. Yang demikian itu terjadi pada waktu
40 hari yang ketiga saat janin berbentuk mudhghah dan sebelum ditiupkannya ruh karena ruh baru ditiup setelah sempurna bentuknya.
Adapun sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:40 hari yang ketiga saat janin berbentuk mudhghah dan sebelum ditiupkannya ruh karena ruh baru ditiup setelah sempurna bentuknya.
Apabila telah melewati nuthfah waktu 42 malam, Allah mengutus padanya seorang Malaikat, maka dia membentuknya dan membentuk pendengarannya, panglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan … .”
Al Qadhi ‘Iyadl dan selainnya mengatakan bahwasanya sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di atas tidak menunjukkan dhahirnya dan tidak benar pendapat yang membawakan hadits ini pada makna dhahirnya. Akan tetapi yang dimaksudkan maka dia membentuknya dan membentuk pendengarannya, penglihatannya … dan seterusnya adalah bahwasanya Malaikat itu menulis yang demikian, kemudian pelaksanaannya pada waktu yang lain (pada waktu 40 hari yang ketiga) dan tidak mungkin pada waktu 40 hari yang pertama. Urutan perubahan tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al Mukminun ayat 12 sampai 14. (Lihat keterangan hal ini dalam Shahih Muslim Syarah Imam An Nawawi, halaman 189-191)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam Fathul Bari (II/484) membawakan secara ringkas perkataan Ibnu Ash Shalah : “Adapun sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam hadits Hudzaifah bahwasanya pembentukan terjadi pada awal waktu 40 hari yang kedua. Sedangkan dalam dhahir hadits Ibnu Mas’ud dikatakan bahwa pembentukan baru terjadi setelah calon anak manusia menjadi mudhghah (segumpal daging). Maka hadits yang pertama (hadits Hudzaifah) dibawa pengertiannya kepada pembentukan secara lafadh dan secara penulisan saja belum ada perbuatan, yakni pada masa itu disebutkan bagaimana pembentukan calon anak manusia dan Malaikat yang ditugasi menuliskannya.”
Dalam ta’liq kitab Tuhfatul Wadud halaman 203-204 disebutkan bahwasanya hadits yang menyatakan Malaikat membentuk nuthfah setelah berada di rahim selama 40 malam, tidaklah bertentangan dengan hadits-hadits yang lain. Karena pembentukan Malaikat atas nuthfah terjadi setelah nuthfah tersebut bergantung di dinding rahim selama 40 hari yakni ketika telah berubah menjadi mudhghah. Wallahu A’lam.
Perubahan janin dari nuthfah menjadi ‘alaqah dan seterusnya itu berlangsung setahap demi setahap (tidak sekaligus). Pada waktu 40 hari yang pertama, darah masih bercampur dengan nuthfah, terus bercampur sedikit demi sedikit hingga sempurna menjadi ‘alaqah pada 40 hari yang kedua, dan sebelum itu tidaklah ia dinamakan ‘alaqah. Kemudian ‘alaqah bercampur dengan daging, sedikit demi sedikit hingga berubah menjadi mudhghah. (Lihat Fathul Bari)
Tatkala telah sempurna waktu 4 bulan, ditiupkanlah ruh dan hal ini telah disepakati oleh ulama. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah membangun madzhabnya yang masyhur berdasarkan dhahir hadits Ibnu Mas’ud bahwasanya anak ditiupkan ruh padanya setelah berlalu waktu 4 bulan. Karena itu bila janin seorang wanita gugur setelah sempurna 4 bulan, janin tersebut dishalatkan (telah memiliki ruh kemudian meninggal). Diriwayatkan yang demikian juga dari Sa’id Ibnul Musayyib dan merupakan salah satu dari pendapatnya Imam Syafi’i dan Ishaq.
Dinukilkan dari Imam Ahmad bahwasanya ia berkata: “Apabila janin telah mencapai umur 4 bulan 10 hari, maka pada waktu yang 10 hari itu ditiupkan padanya ruh dan dishalatkan atasnya (bila janin tersebut gugur).” (Lihat Iqadzul Himam Al Muntaqa min Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam halaman 88-89 oleh Abi Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilali)
Kita lihat dalam hadits Ibnu Mas’ud di atas bahwasanya penulisan Malaikat terjadi setelah berlalu waktu 40 hari yang ketiga. Sedangkan pada riwayat-riwayat di atas, penulisan Malaikat terjadi setelah waktu 40 hari yang pertama. Riwayat-riwayat tersebut tidaklah bertentangan.
Imam An Nawawi rahimahullah menerangkan dalam Syarah Muslim (juz 5 halaman
191) setelah membawakan lafadh hadits dari Imam Bukhari berikut ini:
“Sesungguhnya penciptaan setiap kalian dikumpulkan dalam rahim ibunya selama 40 hari (sebagai nuthfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga. Kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga. Kemudian Allah mengutus seorang Malaikat dan diperintah (untuk menuliskan) empat perkara, rezkinya dan ajalnya, sengsara atau bahagianya. Kemudian ditiupkan ruh padanya”
Penulisan takdir untuk janin di perut ibunya bukanlah penulisan takdir yang ditetapkan untuk semua makhluk sebelum makhluk itu dicipta. Karena takdir yang demikian telah ditetapkan 50.000 tahun sebelumnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma :
“Sesungguhnya Allah menetapkan takdir-takdir makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653, shahih)
Dalam hadits ‘Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam, beliau bersabda:
Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena (Al Qalam). Lalu Dia berfirman kepadanya: “Tulislah!” Maka pena menuliskan segala apa yang akan terjadi hingga hari kiamat. (HR. Abu Daud 4700, Tirmidzi 2100, dan selain keduanya. Dishahihkan oleh Syaikh Salim Al Hilali dalam Iqadzul Himam)
Banyak nash yang menyebutkan bahwa penetapan takdir seseorang apakah ia termasuk orang yang bahagia atau sengsara telah ditulis terdahulu. Antara lain dalam Shahihain dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Tidak ada satu jiwa melainkan Allah telah menulis tempatnya di Surga atau di neraka dan telah ditulis sengsara atau bahagia.” Maka seorang laki-laki berkata : “Wahai Rasulullah! Mengapa kita tidak mengikuti (saja) ketentuan kita (yang telah ditulis) dan kita tinggalkan amal?” Maka beliau bersabda : “Beramal-lah, maka setiap orang akan dimudahkan terhadap apa yang ditetapkan baginya. Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang bahagia. Adapun orang yang sengsara akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang yang sengsara.” Kemudian beliau membaca : “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al Lail : 5-7) [HR. Bukhari 3/225 -Fathul Bari dan Muslim 2647]
Bahagia atau sengsara seseorang ditentukan oleh akhir amalnya, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Ibnu Mas’ud di atas. Demikian pula dalam hadits berikut, dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda:
“Sesungguhnya hanyalah amal-amal ditentukan pada akhirnya (penutupnya).” (HR. Bukhari 11/330 -Fathul Bari)
Sebagai penutup dapat kita simpulkan bahwa Allah Maha Kuasa menciptakan apa saja yang Dia kehendaki. Dia menciptakan manusia pertama (Adam ‘Alaihis Salam) dari tanah, sedangkan anak-anak Adam berketurunan dengan nuthfah hingga akhir kehidupan nanti. Dia tempatkan nuthfah dalam rahim ibu dan dijaga oleh seorang Malaikat. Nuthfah ini kemudian pada akhirnya menjadi segumpal daging dan dari segumpal daging terus berkembang hingga menjadi sosok anak manusia kecil yang bernyawa lengkap dengan pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki. Bersamaan dengan itu telah ditulis ketentuan takdir untuknya, apakah rezkinya lapang ataukah sempit, apakah amalnya baik atau sebaliknya, kapan datang ajalnya dan apakah ia termasuk hamba Allah yang beruntung ataukah yang sengsara. Naudzubillah!
Dari tanah manusia berasal dan pada akhirnya akan kembali menjadi tanah. Mungkin ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua.
Wallahu A’lam Bis Shawab.
Daftar Bacaan
1. Al Qur’anul Karim.
2. Adlwaul Bayan. Asy Syaikh Muhammad Amin Asy Syinqithi.
3. Ad Durul Mantsur fi At Tafsir Al Ma’tsur. Imam As Suyuthi.
4. Ahkamuth Thifli. Asy Syaikh Ahmad Al ‘Aysawi.
5. Asbabun Nuzul. Imam As Suyuthi.
6. ‘Aunul Ma’bud. Al Hafidh Ibnu Qayyim Al Jauziyah.
7. Aysarut Tafasir. Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi.
8. Fathul Bari. Al Hafidh Ibnu Hajar Al Atsqalani.
9. Iqadzul Himam Al Muntaqa min Jami’ Al ‘Ulum wal Hikam. Syaikh Abi Usamah
Salim bin ‘Ied Al Hilali.
Salim bin ‘Ied Al Hilali.
10. Jami’ Al ‘Ulum wal Hikam. Al Hafidh Ibnu Rajab Al Hanbali.
11. Jami’ Al Bayan fi Ta’wil Al Qur’an. Ibnu Jarir Ath Thabari.
12. Mu’jam Mufradat Alfadzil Qur’an. Al ‘Allamah Al Ashfahani.
13. Shahih Muslim Syarah An Nawawi. Imam An Nawawi.
14. Shahih Sunan Abi Daud. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
15. Shahih Sunan At Tirmidzi. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
16. Tafsir Ibnu Katsir. Al Hafidh Ibnu Katsir.
17. Tafsir Al Qurthubi. Imam Al Qurthubi.
(red______sumber: Maktabah As-Sunnah)
Sumber
www.darunnajah-cipining.com
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungan teman-teman. silahkan postkan komentar teman semuanya. :-)