Peran
seorang guru dalam pembelajaran diibaratkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai peran
seorang Petani dalam merawat tanaman. Benih jagung yang baik, disemai dan
ditanam dengan perawatan yang maksimal dari seorang petani kemudian dilakukan
perawatan secara berkala dan pemberian pupuk yang seimbang, maka akan akan
menghasilkan pohon jagung yang sehat dan berbuah yang lebat. Akan tetapi, walaupun
jagung yang memiliki benih yang bagus tanpa ada campur tangan dari seorang
petani, maka tidak akan menghasilkan jagung yang berkwalitas.
Begitulah
peran seorang guru dalam proses pembelajaran. Dia adalah sesorang yang merawat,
mengarahkan, dan membimbing siswa untuk mencapai tujuan hidupnya. Membimbing siswa
sesuai dengan kodrat yang ada pada anak tersebut. Sehingga dia mendapatkan
nilai sebagai seorang individu khususnya dan juga sebagai masyarakat umumnya.
Sebagai
seorang guru, saya terkadang masih merasakan bahwa pembelajaran yang saya
lakukan selama ini belum seperti apa yang ada dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Pembelajaran yang saya lakukan masih bersifat teacher centris, tekstual
dan tanpa banyak variasi. Dalam pembelajaran saya masih berpedoman pada muatan
kurikulum yang harus dihabiskan dalam satu semester. Proses menghabiskan materi
itulah yang mengabaikan potensi yang ada pada siswa, saya hanya mengejar supaya
materi habis sebelum semester berakhir. Pembelajaran seperti ini saya rasakan
masih sangat tekstual sekali, tidak memperhatikan potensi masing-masing dari
peserta didik.
Seharusnya, sebagai seorang guru saya memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik. Pembelajaran yang sesuai denga kodrat alam peserta didik adalah pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan dimana peserta didik berada. Sedangkan kodrat zaman adalah pembelajaran harus sesuai dengan waktu yang sedang dialami oleh peserta didik.
Saya adalah guru di pedesaan yang letak geografisnya adalah daerah perbukitan. Melihat dari letak geografis tersebut, maka sebagai seorang guru tentunya harus mempunyai suara yang lantang supaya terdengar jelas oleh siswa. Selain itu, supaya pembelajaran sesuai dengan alam maka guru harus menampilkan materi atau analogi yang sesuai dengan lingkungan dimana mereka tinggal.
Saat ini, pembelajaran yang
sesuai dengan zaman adalah pembelajaran yang cenderung praktis, tidak tekstual
dan selaras dengan zaman yang sudah menggunakan internet. Maka dengan demikian,
pembelajaran di kelas harus dikemas sedemikian rupa sehingga menarik minat
peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik zaman ini, cenderung
menyukai materi yang disajikan dalam bentuk audio, visual dan audio visual. Bahkan
materi yang disajikan dalam bentuk video adalah materi yang mereka gemari. Peserta
didik zaman ini tidak terlalu suka membaca, tidak juga suka menulis. Mereka
lebih senang memainkan gawai milik mereka. Artinya sebagai seorang guru, saya
harus mampu menyajikan materi dalam bentuk video pendek supaya mendapatkan daya
Tarik dari peserta didik.
Pembelajaran yang menghamba
pada anak
Konsep
ini bukan berarti seorang guru telah menduakan Tuhan, karena yang paling berhak
disembah adalah Tuhan bukan makhluk. Bahkan seorang hamba dianggap telah
mengingkari tuhan jika menghamba kepada selain Tuhan.
Menurut
Ki Hajar Dewantara, anak harus selalu menjadi bagian terpenting dalam dalam
hidup seorang guru. Mereka menjadi prioritas dari segala tindakan yang akan
diambil oleh guru, mereka menjadi tempat perhatian dari guru, tempat guru
mencurahkan kasih sayang melebihi kasih sayangnya pada diri sendiri, tempat
mencurahkan perhatian yang dimiliki. Sehingga anak menjadi dihargai dan merasa ada
dimata seorang guru.
Dalam pembelajaran, guru tidak
boleh egois dan menganggap dia sebagai raja dalam pembelajaran. Tapi guru harus
mampu memposisikan diri sebagai pelayan terhadap peserta didik sehingga mereka mereka
merasakan kemerdekaan dalam belajar.
Kesimpulan
Sebagai seorang guru harus
merubah mindset terhadap pendidikaan itu sendiri. Pendidikan tidak bisa
diartikan sebagai proses memperoleh gelar semata. Tetapi Pendidikan adalah proses
menuntun anak untuk mencapai kodratnya. Untuk mencapai kodrat anak tesebut,
maka seorang guru harus besifat luwes, tidak kaku terhadap perkembangan zaman,
tidak memposisikandiri sebagai sosok yang berkuasa dalam proses pembelajaran
tetapu memposisikan diri sebagai pelayan terhadap peserta didik.
Refleksi
Pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara tentang Pendidikan memberikan gambaran yang utuh tentang apa dan
bagaimana seorang guru itu seharusnya. Indonesia adalah negara yang berbudayam
setiap daerah memilik kearifan lokal tersendiri yang mencari ciri khas dalam
masyarakat.
Sebuah semboyan ditempat saya
yang senantiasa digaungkan, baik diruang public maupun sekolah adalah “Dik
pacak ngiluki jangan merusak jadilah” (artinya jika tidak bisa berbenah,
janganlah melakuakn kerusakan). Jika dijabarkan lebih lanjut, kearifan lokal
ini memberikan pembelajaran bahwa sebagai seorang manusia kita harus senantiasa
menjadi orang yang baik, tidak membuat kerusakan terlebih yang dirusak itu
milik orang banyak. Kearifan lokal ini merupakan internalisasi dari konsep Ki
Hajar Dewantara tentang Budi Pekerti.
Demikian,
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu
AHMAD YAHDIANI, S.Pd.I, M.Pd.
GURU SMK NEGERI 1 SEMENDE DARAT
LAUT, MUARA ENIM SUMSEL
Calon Guru Penggerak Angkatan 7